Air Hujan, ARAK, SUSU, dan MADU by BlogERCH

Share

Air Hujan, ARAK, SUSU, dan MADU

Tak terasa, sudah mencapai sepertiga bagian dalam menjalankan ibadah puasa bulan ramadhan tahun ini, tak terasa pula sudah lama tidak update blogerch ini. Berhubung ini bulan ramadhan tak ada salahnya mencoba update dengan bahasan religi sesekali. kita ambil tema "puasa itu Arak" itu kata cak nun di maiyah mocopat syafaat tanggal 17 bulan lalu, lumayan cadas juga. tapi kalo diperhalus judulnya jadi "Air Hujan, ARAK, SUSU dan MADU" aja mungkin lebih menarik

"Puasa itu Arak" atau "Air Hujan, ARAK, SUSU dan MADU" diatas bukanlah suatu jenis minuman yang tidak dan diperbolehkan dalam puasa, namun kedua judul itu cuma pancingan aja agar kita lebih mudah mengingat tentang isi kandungan yang akan disampaikan dibawah, dan ke-empat jenis air, cairan atau minuman bisa dibilang begitu, adalah bagian dari pengibaratan atau idiomatikal perlambangan dari ke empat Rukun Islam Setelah Syahadatain (Dua Kalimat Syahadat).

Untuk menjelaskan secara terperinci, saya mengambil banyak dari http://irdy74.multiply.com tentang air kesucian yang menjelaskan empat macam idiomatikal air atau cairan sebagai lambang atas makna syariat Islam (dalam ibadah).

Shalat disimbolkan air hujan Pertama, shalat diibaratkan sebagai air hujan, karena terjadi melalui proses pencahayaan. Melalui pencahayaan sinar matahari yang menyerap air di lautan dan di mana saja, maka terjadilah hujan yang merupakan rahmat-Nya. Maka shalat adalah upaya manusia untuk mencahayai dirinya sendiri, atau tepatnya mendapatkan cahaya Allah.
Arti cahaya itu sederhana. Bagi orang yang berdagang, cahaya adalah laba, gelap adalah rugi. Bagi kelangsungan rumah tangga, cahaya adalah stabilitas, harmoni, dan ketenteraman. Bagi negara, cahaya adalah tercapainya keadilan di segala bidang.

Orang yang melakukan shalat, belajar mencahayai dirinya sendiri, sehingga berpeluang untuk memercikkan cahaya ke lingkungannya. Metode shalat itu sedemikian rupa kondusif terhadap terciptanya sumber cahaya di dalam diri manusia. Singkatnya, misalnya dimulai dari wudlu : membersihkan isi mulut (supaya jujur), hidung (supaya tidak menjadi pemuka masyarakat yang menyebalkan), telinga (supaya mau mendengarkan), dan seluruh wajah (supaya menjaga integritasnya), tangannya (supaya kinerjanya bagus), kakinya (supaya langkahnya tidak ngawur), dan sebagainya.

Kalau orang kentut, yang dicuci dan dibersihkan bukan pantatnya, melainkan wajahnya. Karena yang merasa malu dan menjadi kotor sesudah kentut bukan pantatnya, melainkan wajahnya. Dalam sujud orang meletakkan wajah dan kepalanya lebih rendah dari pantatnya. Itu suatu workshop tentang derajat kepribadian. Kalau melangkah tak hati-hati, nanti image tentang kita lebih rendah dari pantat kita sendiri. Sekurang-kurangnya 17 kali sehari kita letakkan wajah di bawah pantat itu, dan pada saat sujud itu kita ucapkan 'Maha Suci Allah yang Maha Tinggi'.

Puasa disimbolkan Arak Kedua, puasa ibarat air arak (khamr) atau ragi. Dalam puasa sebenarnya terdapat proses 'peragian' sebagaimana yang terjadi dalam proses pembuatan tape. Proses 'peragian' sesungguhnya merupakan metode 'pembersihan' rohani manusia. Puasa, hakikatnya, bukan hanya menahan lapar dan haus serta mengendalikan hawa nafsu seksual saja, tetapi juga menahan dari hal-hal yang mengotori jiwa.
Peragian adalah pelembutan. Orang yang berpuasa mengubah dirinya dari karakter ketela menjadi tape. Dari watak wadag kasar menjadi rohani lembut. Dari pemarah menjadi pemaaf. Dari kerdil menjadi arif. Dari sempit menjadi luas. Dari rakus menjadi legawa. Dari penuh nafsu menjadi nothing to loose.

Zakat disimbolkan SUSU Ketiga, zakat ibarat air susu. Zakat fitrah maupun zakat mal merupakan kewajiban bagi orang Islam yang sudah melampaui batas nishab untuk mengeluarkan zakat (mal) kepada mereka yang berhak menerimanya. Tidak ada sapi yang kepalanya melengkung ke bawah badannya sendiri, karena menyusu puntingnya sendiri.
Susu sapi bukan milik sapi itu sendiri seluruhnya. Di antara susu yang dimuat di kantungnya, terdapat hak orang lain. Seekor induk sapi yang tengah menyimpan air susu ditubuhnya misalnya, tidak seratus persen berhak atas susunya sendiri, melainkan harus diberikan kepada anak-anaknya. Itu adalah hak anak-anaknya. Bila air susu sapi itu tertahan ditubuhnya, justru menimbulkan penyakit.

Haji disimbolkan madu Adapun keempat, adalah haji yang diidentikan dengan air madu. Maknanya adalah orang yang telah 'suci' kembali ke fitrah, sebagaimana bayi yang baru dilahirkan, sehingga di dalam pergaulan kemasyarakatan selalu memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan kepada dirinya sendiri, keluarga, dan lingkungan lebih luas. Sebagaimana madu yang rasanya manis "yang bentuknya tidak cair maupun padat" dan memberikan kemanfaatan pada kesehatan tubuh (manusia), maka orang yang ibadah hajinya mabrur, sesungguhnya selalu menjauhi dari hal-hal yang tidak berguna (sia-sia). Sebaliknya orang tersebut senantiasa memberikan hal-hal yang bersifat positif kepada yang lain.
Madu bisa dianggap minuman, bisa dianggap makanan, ia meta-kategori. Orang yang berihram dalam haji sudah mengatasi kelelakiannya dan keperempuanannya. Berarti ia menapak ke level rohani, daerahnya Tuhan. Tuhan itu tidak lelaki tidak perempuan. Juga malaikat. Bahkan lebih sederhana dari itu: yang namanya kecerdasan, intelektualitas, visi, gagasan, ide, kearifan, kebijaksanaan, kemuliaan, dan seterusnya, itu semua tidak laki-laki tidak perempuan.

Itu Kutipan banyak dari blog diatas yang menjelaskan tentang 4 Macam Idiomatikal Cairan suci lambang atau makna ibadah wajib yang harus dikerjakan sebagai muslim yang kemudian disebut Rukun Islam. Nah dari keempat rukun islam yang bersifat ibadah ritual tersebut, ada satu lagi rukun utama yang menjadi dasar, landasan dan intisari dari keempat ibadah ritual tersebut, yakni syahadatain

Syahadatain atau pengakuan La Ilaha Illa Allah dan Muhammad Rasulallah, dalam kaitan perlambangan air hujan, arak, susu, dan madu diatas saya tafsirkan sendiri secara bebas sebagai berikut, La ilaha Illa Allah adalah visi, misi, tujuan keempat cairan tersebut dapat diproduksi dengan baik dan menggunakan SOP (Standar Operation Procedure) dari pengakuan terhadap Muhammad Rasulallah sebagai panutan, landasan dan SOP (Standar Operation Procedure). sehingga untuk mencapai idiom Cairan(air hujan, arak, susu, dan madu) mensucikan tersebut kalimat syahadatain tidak bisa terpisah, Syahadatain juga menjadi dasar agar si pelaku tidak sia-sia menjalankan ibadahnya, misalkan karena Sholatnya (karena terpaksa), Puasanya (ikut-ikutan), Zakatnya (ingin dilihat), dan Hajinya (untuk meningkatkan status sosial). dengan cara yang salah pula karena tidak sesuai ajaran Muhammad Rosulallah.
1 Comments
Tweets
Responds

The post is so informative on the worthwhile topic awesome collection, hope you will keep posting good material.

Provide your comments in the form below. If there is no website or blog, you can use the anonymous

Setiap komentar di blog ini akan dimoderasi oleh pengelola situs, dengan demikian tidak menutup kemungkinan pengelola situs menghapus setiap komentar yang melakukan penghinaan berlebihan, spam, referral link, hal yang berbau sara, porno, iklan (tanpa pemberitahuan sebelumnya) dan hal lainnya yang serupa. --- Baca Ketentuan

~ErcH~

Facebook

Random Post


Recent Post

Label:
Recent Posts